Pilihan Beda Silaturrahmi Tetap Terjaga

banner 120x600
banner 468x60

Masyarakat Jawa Timur hari ini, Rabu (27/11), memberikan suara untuk menentukan pemimpin lima tahun ke depan. Kontestasi kali ini menjadi paling seru dan unik, karena melibatkan tiga perempuan politisi Jatim paling terkemuka, Luluk Nur Hamidah berpasangan dengan Lukman Khakim, Khofifah Indar Parawansa berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak, dan Tri Rismaharini berpasangan dengan K.H Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans.

banner 325x300

Perhelatan kali ini bisa disebut sebagai ‘’two horse race’’ atau balapan dua kuda, antara Khofifah melawan Tri Risma, karena keduanya dianggap mempunyai kaliber yang sepadan. Smentara Luluk Nur Hamidah, meskipun ulet dan tak kenal menyerah, tetap dianggap sebagai underdog.

Persaingan keras, saling serang, dan saling adu argumentasi terjadi dalam tiga putaran debat yang digelar oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) Jawa Timur. Pada setiap akhir sesi debat, semua pasangan terlihat akrab dan saling berbincang dan bercanda dengan gayeng.

Ada hubungan yang unik antara para kontestan. Gus Hans mempunyai hubungan yang dekat dengan Khofifah, karena pada pilgub 2019 yang lalu Gus Hans menjadi jurubicara pasangan Khofifah-Emil. Gus Hans juga menjadi tim inti Khofifah-Emil dan ikut menyusun visi dan misi pasangan itu.

Hubungan Gus Hans dengan Khofifah kemudian merenggang dan puncaknya terjadi pada perhelatan kali ini, ketika Gus Hans diambil oleh PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) sebagai pasangan Risma. Dalam tiga sesi debat terlihat bahwa Gus Hans mempunyai ‘’insight’’ yang tajam terhadap kinerja Khofifah-Emil.

Dalam tiga seri debat masih terlihat sisa-sisa kedekatan itu. Meskpun Khofifah terlihat agak berjarak dengan Gus Hans, tetapi Emil terlihat lebih akrab dan santai setiap kali berinteraksi dengan Gus Hans. Pendekatan personal Khofifah yang ‘’unik’’ sering membuat beberapa pihak akhirnya berjarak darinya.

Luluk Nur Hamidah dan Gus Hans malah mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Ayah Gus Hans, K.H As’ad Umar mempunyai hubungan persepupuan dengan Luluk. Karena itu Gus Hans memanggil ‘’bulik’’ alias tante kepada Luluk. Dalam beberapa kesempatan keduanya sering bertelepon dan berbincang akrab mengenai hal-hal diluar politik.

Beberapa tokoh, kiai, bu nyai, atau ning bercerita bahwa mereka mempunyai hubungan personal yang kurang baik dengan salah satu calon gubernur. Ning Eva Munif Djazuli dari Pesantren Queen Al-Falah, Ploso, Kediri, bercerita bahwa setelah videonya yang berisi dukungan terhadap salah satu paslon viral, ia mendapatkan pesan Whatsapp dari dua orang cagub lainnya. Keduanya meminta konfirmasi dan klarifikasi.

Ning Eva menyatakan bahwa ia memang mendukung paslon itu. Salah satu cagub kemudian mengkonfrontasi Ning Eva dengan kalimat yang tajam. Bahkan, pada ujung chat WA itu sang cagub terkesan memutus hubungan pertemanan dengan Ning Eva.

Dalam tradisi demokrasi yang dewasa perbedaan pilihan seharusnya tidak dianggap sebagai urusan personal. Pilihan boleh beda, tetapi silaturrahmi tetap harus dijaga. Seorang politisi yang matang seharusnya berprinsip ‘’seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak’’.

H. Suli, tokoh masyarakat Madura bercerita bahwa dia mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan salah satu cagub. Ia sudah memutuskan untuk tidak mendukungnya. Tetapi, salah seorang anggota tim cawagub mendatangainya dan memintanya mendukung cawagub, bukan cagub. H. Suli luluh dan ia pun mengumpulkan ribuan anggota komunitas Madura untuk mendukung paslon itu.

K.H Zainuddin Husni pengasuh Pesantren Tarbiyatul Qulub, Surabaya juga demikian. Ia merasa kurang nyaman dalam berhubungan dengan salah satu cagub. Ia kemudian mendukung cagub lainnya, meskipun ia tahu bahwa kans kemenangan lebih kecil.

Selama proses kampanye Cawagub Gus Hans bekerja keras tak kenal lelah. Waktu yang terlalu mepet membuatnya harus berkampanye secara maraton. Dalam sehari ia bisa berada di 6 sampai 7 titik di kota yang berbeda. Gus Hans dikenal sangat mudah diakses dan selalu menjawab chat WA maupun telepon dari siapapun.

Pada masa akhir kampanye Risma-Gus Hans secara khusus meminta maaf kepada seluruh masyarakat Jawa Timur atas ketidaknyamanan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kampanye. Risma secara khusus mengingatkan bahwa pilgub adalah kontestasi lima tahun sekali yang tidak boleh mengorbankan hubungan persahabatan.

Pada momen coblosan Rabu (27/11) Emil Elestianto Dardak mencoblos di TPS dekat rumahnya di Margorejo Indah. Di TPS yang sama ikut mencoblos juga mantan gubernur Imam Utomo, yang mendukung pasangan Khofifah-Emil.

Dalam kesempatan itu Emil menyapa para pemilih, termasuk penulis. Setelah mencoblos kami mengobrol bersama sambil menikmati minuman segar dan jajanan yang disiapkan oleh panitia bagi semua pemilih.

Pilihan politik boleh beda, tapi silaturrahmi antar tetangga harus tetap dijaga. (dhimam abror djuraid)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *