
SURABAYA-KEMPALAN: Ojol Wanita Jatim solid mendukung dan memenangkan pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Jatim nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak pada Pilgub Jatim, 27 November 2024 mendatang.
Pernyataan tersebut disampaikan Koordinator Ojol Wanita Tangguh Jawa Timur Yuniawati dalam acara Silaturahmi Ojol Wanita Tangguh Jawa Timur di sebuah warkop di kawasan Jalan Bintang Diponggo, Surabaya, Jumat (25/10) malam. Acara ini dihadiri langsung oleh Khofifah Indar Parawansa.
“Ojol Wanita Jawa Timur Insya Allah solid mendukung Khofifah-Emil di Pilgub 2024 mendatang. Jumlahnya sekitar 100.000 ojol,” kata Yuniawati.
Bahkan, saat Khofifah memasuki area acara, ia langsung disambut dengan lagu “Khofifah Wae!…Khofifah Wae!..Ojok Liyane!” oleh ratusan pengemudi ojol yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Menariknya, meskipun yang punya gawe ojol wanita, namun banyak juga ojol pria yang ikut hadir, sehingga acara ini terlihat gayeng dan sangat meriah.
Ketika diminta memberi sambutan, Khofifah menolak. Dia justru memberi kesempatan kepada para pengemudi ojol yang hadir untuk menyampaikan uneg-uneg-nya.
Diawali dari Husairi. Driver ojol ini mengeluhkan soal besaran tarif, sehingga meminta kepada Khofifah untuk berembug kembal dengan para aplikator. “Kami ini sebenarnya mitra dari para aplikator Bu, tapi di lapangan seperti bukan mitra,” katanya.
Ada juga yang mengeluhkan adanya zona merah dan minta dihapus. Juga soal tingginya UKT (Uang Kuliah Tunggal) perguruan tinggi.
“Anak saya kemarin diterima di ITS. UKT-nya saya bandingkan, tapi tidak di-ACC karena rumah. Padahal rumah yang saya tempati itu peninggalan orangtua,” kata ojol wanita yang mengaku dari Surabaya Barat ini.
Sedang Emi, mengadukan KIP kuliah anaknya yang dihapus karena sudah pindah rumah. “Padahal saya membutuhkan KIP itu untuk kuliah anak saya Bu, karena saya cuma ojol,” ujarnya.
Sementara Karno, driver ojol asal Surabaya Raya, meminta agar jika terpilih kembali sebagai gubernur Jatim, Khofifah lebih memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan ojol.
Bahkan, Karno meminta agar BPJS TK (Tenaga Kerja) digratiskan seperti BPJS Kesehatan. “Untuk BPJS TK ojol memang hanya diwajibkan bayar Rp16.800, tapi masih ada yang keberatan Bu,” tuturnya.
Sementara Lilik, driver ojol asal Sidoarjo, mengeluhkan banyaknya tarikan ODL (Outdoor Learning) atau pembelajaran luar kelas di sekolah dasar. Hampir tiap pergantian semester, tarikan ini selalu ada.
“Tarikan ini wajib dibayar oleh siswa, baik ikut atau tidak ikut. Ini ketentuan dari pihak sekolah,” katanya.
“Padahal saya cuma ibu rumah tangga dengan tujuh orang anak. Lima di antaranya masih SD, dan saya ngekos, belum punya rumah. Minta keringan pun nggak bisa,” lanjut Lilik yang disambut tawa para driver ojol lainnya. Bahkan ada yang nyeletuk,”Cilik wonge, anake nerecel”.
Khofifah pun kemudian menjawab semua keluhan para driver ojol hingga semuanya puas. Misalnya soal tarikan ODL di SD yang menurut Khofifah merupakan kewenangan full kabupaten kota, yaitu PAUD sampai SMP.
Sedang untuk tingkat SMA, sejak awal ia pernah menyampaikan di Pemprov bahwa anak karyawan, anak buruh, termasuk anak driver ojol masuk kategori lima persen yang mendapat prioritas untuk masuk SMA dan SMK Negeri.
“Itu prioritas. Kalau ada yang mungkin belum terkonfirmasi, monggo. Untuk SMA dan SMK Negeri,” ujar Khofifah.
Untuk zona merah, ia meminta driver ojol berkoordinasi dengan Polantas, Pemkab dan Pemkot setempat. Karena, menurut Khofifah, tidak ada sesuatu yang tidak bisa dikomunikasikan.
Terkait aplikator, gubernur Jatim periode 2019-2024 ini ia menjelaskan bahwa sebenarnya sudah ada keputusan gubenur yang mengatur berapa prosentase bagian untuk aplikator dan berapa bagian untuk driver ojol.
“Tapi untuk penegakkan hukumnya, memang harus duduk kembali. Khawatir ada aplikator yang tidak tahu adanya keputusan gubernur ini karena mungkin manajemennya sudah berubah, sehingga perlu dijelaskan kembali,” sarannya.
Khofifah juga menjelaskan bahwa untuk UKT, salah satu yang jadi ukuran adalah foto rumah. “Kalau yang difoto rumahnya mentereng, mewah, ya panjenengan pasti tidak di-ACC,” katanya.
Namun, untuk orangtua yang banding UKT-nya tidak di-ACC di ITS, Khofifah menyarankan untuk koordinasi dengan pihak ITS. Jelaskan bahwa rumah yang ditempati itu adalah rumah orangtuanya dan ia sendiri belum punya rumah.
“Komunikasi seperti ini sebetulnya bisa dilakukan, tidak berhenti saat semester pertama atau kedua. Bisa juga pada semester-semester berikutnya,” jelasnya.
Khofifah menyampaikan bahwa UKT ini bukan kewenangan Pemprov. Namun, pihaknya akan mengomunikasikan dengan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Sebab di BAZNAS ada program satu keluarga satu sarjana. Baik untuk perguruan tinggi negeri atau swasta.
“Tentunya dengan kualifikasi yang disyaratkan oleh BAZNAS. Program ini sudah berjalan tiga tahun dan zakat PNS provinsi kita titipkan dj BAZNAS Jawa Timur,” terang Khofifah.
Sedang mengenai BPJS TK, menurut Yuniawati tidak ada masalah bagi ojol. Bahkan tidak pernah membuat ojol sulit. Apalagi hanya bayar Rp 16.500.
“Jadi kalau ada yang mengeluhkan, itu salah banget. Justru kami sangat berterima kasih kepada Bu Khofifah dan jajarannya yang selama ini banyak membantu ojol,” tuturnya.
Di akhir, Khofifah menyampaikan bahwa dirinya bersama Yuniawati (Koordinator Ojol Wanita Tangguh Jawa Timur) yang akrab dipanggil “Mbok Mak” bukan orang baru atau kawan lama.
Termasuk dengan Asmuin, Pembina Ojol Wanita Tangguh Jawa Timur. “Kalau kawan lama, biasanya tidak mudah pindah ke lain hati,” ujarnya.
Karena itu, Khofifah mengingatkan bahwa pada 27 November 2024 bakal ada Pilgub Jatim dan dirinya pada saat undian mendapat nomor urut 2.
“Maka jangan lupa kawan-kawan pada tanggal 27 November untuk datang ke TPS dan coblos nomor urut 2,” pinta Khofifah.
Para driver ojol yang hadir langsung menjawab serentak dengan berteriak, “Siaapp!…Hidup Khofifah!…Hidup Khofifah-Emil!..Coblos nomor 2”. (Dwi Arifin)