KEMPALAN: Beban berat diplomasi internasional Indonesia sejak 21 Oktober 2024 beralih ke pundak Menteri Luar Negeri Sugiono. Sehari setelah Prabowo Subianto memegang amanah sebagai Presiden Indonesia periode 2024-2029, Prabowo melantik Sugiono menjadi Menteri Luar Negeri menggantikan Retno Marsudi. Bagaimana wajah politik luar negeri Indonesia setelah Retno Marsudi meninggalkan kursi Kementerian Luar Negeri RI. Setelah pergantian posisi Menteri Luar Negeri dari Retno Marsudi ke Sugiono pada 21 Oktober 2024, wajah politik luar negeri Indonesia diperkirakan tidak akan mengalami perubahan signifikan secara garis besar. Hal ini disampaikan secara tegas oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya pada pelantikan tanggal 20 Oktober 2024, di mana ia menekankan bahwa Indonesia akan tetap mengedepankan politik luar negeri bebas aktif. Prinsip ini merupakan landasan kebijakan luar negeri Indonesia yang tidak memihak blok manapun dan selalu berusaha memainkan peran aktif dalam menjaga perdamaian dunia serta mendukung kerjasama internasional.
Meski prinsip dasarnya tetap sama, setiap menteri biasanya membawa gaya dan prioritas masing-masing. Di bawah kepemimpinan Sugiono, ada kemungkinan beberapa penyesuaian strategi yang lebih konkret sesuai dengan arah pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo. Berdasarkan agenda politik luar negeri yang kerap digaungkan oleh Prabowo, ada kemungkinan fokus lebih besar pada peningkatan kerjasama pertahanan dan keamanan regional, memperkuat hubungan dengan negara-negara ASEAN, serta mempertahankan hubungan strategis dengan kekuatan global seperti Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa.
Sugiono yang menggantikan Retno Marsudi juga dihadapkan dengan tantangan global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan transformasi ekonomi global. Kemampuan Sugiono dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan dinamika global akan menjadi kunci dalam melanjutkan peran Indonesia sebagai negara yang aktif dalam diplomasi multilateral, seperti di forum G20 dan ASEAN. Selain itu, Indonesia mungkin akan lebih menekankan kebijakan luar negeri yang mendukung kemandirian nasional di bidang ekonomi dan teknologi, selaras dengan visi Prabowo yang ingin memperkuat kedaulatan nasional di tengah persaingan global.
Lalu bagaimana wajah diplomasi luar negeri Indonesia setelah Sugiono menahkodai kementerian luar negeri ? Jawabnya, diplomasi luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Sugiono sebagai Menteri Luar Negeri, yang menggantikan Retno Marsudi, kemungkinan akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, visi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang menekankan kemandirian nasional di bidang ekonomi dan teknologi dapat mengarahkan kebijakan luar negeri Indonesia ke arah yang lebih pragmatis, dengan fokus pada penguatan posisi Indonesia di tengah persaingan global. Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri mungkin akan memperkuat kebijakan yang mendukung pengembangan industri dalam negeri, transfer teknologi, dan kemandirian ekonomi. Sugiono juga akan menghadapi tantangan dalam menjaga hubungan baik dengan berbagai kekuatan besar dunia di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, seperti rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Indonesia, sebagai bagian dari forum internasional seperti G20 dan ASEAN, kemungkinan besar akan terus memainkan peran aktif dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan transformasi ekonomi. Namun, dengan kepemimpinan baru, pendekatan diplomasi Indonesia mungkin akan lebih terfokus pada menjaga kepentingan nasional dengan tetap berpartisipasi dalam diplomasi multilateral.
Kedua, Menteri Luar Negeri Sugiono diperkirakan juga akan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara yang berpotensi memberikan manfaat ekonomi atau teknologi bagi Indonesia, serta memainkan peran dalam menyuarakan kepentingan negara berkembang di kancah internasional. Meskipun ada potensi perubahan dalam pendekatan, diplomasi Indonesia kemungkinan akan tetap pragmatis dan fleksibel, bergantung pada dinamika geopolitik global dan kebutuhan domestik.
Ketiga, Sugiono kemungkinan akan memperkuat diplomasi maritim dan ekonomi biru, sejalan dengan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia dapat semakin memperjuangkan hak-hak kedaulatan di perairan internasional, serta memajukan kerja sama regional di sektor perikanan, transportasi laut, dan lingkungan maritim. Ini sejalan dengan upaya menjaga stabilitas di kawasan Laut Cina Selatan yang strategis, mengingat peran vitalnya dalam perdagangan global.
Keempat, Kementerian Luar Negeri di bawah Sugiono juga diharapkan akan lebih aktif dalam memperkuat kerja sama pertahanan, khususnya di kawasan Indo-Pasifik. Dengan meningkatnya dinamika geopolitik, Indonesia mungkin akan memperkuat hubungan dengan negara-negara di kawasan ini melalui diplomasi keamanan dan strategi kerja sama militer yang lebih aktif, terutama mengingat kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan antara kekuatan besar di wilayah ini.
Secara keseluruhan, wajah diplomasi luar negeri Indonesia di bawah Menteri Luar Negeri Sugiono diprediksi akan menggabungkan pragmatisme ekonomi, kemandirian teknologi, serta keterlibatan aktif di isu-isu regional dan global yang mendukung kepentingan nasional, dengan tetap mempertahankan prinsip kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Selamat bertugas pak Menteri, semoga diplomasi Indonesia di kancah internasional semakin baik.
Siapa pun yang akan diberi mandat oleh Prabowo menjadi Menteri Luar Negeri tentunya diplomasi luar negeri Indonesia secara umum harus dijaga dalam kerangka yang stabil dengan prinsip bebas aktif. Meski banyak suara atau pendapat agar Prabowo tetap mempertahankan Retno Marsudi di kursi Menteri Luar Negeri. Satu hal yang penting jika Retno Marsudi diganti, semoga Prabowo tidak salah pilih.
Oleh Sumartono, Dosen Komunikasi Universitas Ekasakti Padang