Oleh: M Rizal Fadillah

BANDUNG-KEMPALAN : Dalam pertemuan imajiner dengan seorang aktivis mahasiswa yang bukan PP BEM Nusantara yang baru dilantik Menko Polhukam Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto di PTIQ Jakarta, ditanyakan kepadanya mengenai pasangan terpilih Presiden dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dengan cepat ia menepis “Terpilih ? Tidak ! pasangan ini dimenangkan oleh cawe-cawe Jokowi dan mafia politik global atau nasional”.

Global apa, dik ? “China ! Sebelum ditetapkan oleh MK sebagai pemenang, Prabowo dipanggil dulu oleh Kaisar Xi Jinping di Beijing apakah akan melanjutkan kerja suhu politik Jo kowie ? Siap, jawabnya”. Lalu mafia nasional ? “Ya setingan lembaga-lembaga Pemilu seperti KPU dan MK, juga operasi Bansos dan konsolidasi Lurah dan Kades”. Jadi menurut adik kemenangan Prabowo Gibran curang ? “Kami mahasiswa yang peduli memastikan curang !”.

Nah kini Prabowo Gibran tetap akan dilantik, artinya keberatan dan penilaian adik diabaikan, lalu gerakan mahasiswa kemana ? “Tetap ada, meski dalam keterbatasan ruang gerak kampus, ancaman akademis dan pecah belah kebersamaan gerakan. Abang kan tahu kemarin ada Pimpinan Pusat BEM Nusantara yang dilantik dan disambut Menko Polhukam. Kan itu bukti ada yang dirangkul dan diarahkan. Begitulah masalah yang sedang kami hadapi”,  keluhnya.

Oke, terlepas dari gerakan, bagaimana adik menilai Prabowo ? Apa yang terbersit di benak adik atas dirinya ? Coba sebut empat saja.

“Hmm..pertama, gembrot”. Husy, adik tidak boleh menilai fisik, nanti kena delik. “Ah abang ini terlalu cepat memotong, gembrot itu kabinet yang akan dibentuknya. Lebih dari seratus orang akan menempati berbagai Kementrian. Gila, gak ? Kabinet gembrot ini dipastikan berpengaruh terhadap pemborosan APBN”

Lalu apa ? “Kedua, ‘sense of crisis’ rendah. Di samping APBN warisan Jokowi  yang cekak sebagaimana dikeluhkan oleh Tim Keuangannya sendiri, Prabowo juga seperti tidak peduli sorotan serius rakyat atas Fufufafa Gibran. Dulu saat pembunuhan 6 syuhada dan lainnya Prabowo juga masa bodoh saja”.

Kemudian ? “Ketiga, tunduk dan patuh bahkan hampir menghamba kepada Jokowi. Harapan bahwa Prabowo mampu mandiri, hapus dengan dua kali makan bersama. Berujung pada Kabinet rasa Mulyono, perlindungan Fufufafa, dan jaminan Jokowi tidak diadili pasca lengser”

Ada kesan lain lagi ? “Temperamental dan otoriter. Prabowo itu jika dibawah jilat-jilat, tapi jika sudah diatas, main instruksi yang tidak bisa dibantah. Omongnya juga gede, sok mampu berbuat hal besar padahal cuma omon-omon”.

Yakinkah adik bahwa Prabowo bisa membawa bangsa Indonesia menjadi besar dan mengatasi berbagai krisis ? “Maaf bang, tidak !”. Kok bisa begitu ? “Ya kami mahasiswa yang peduli, tidak percaya pada kemampuan Prabowo sebagai Presiden, malah kami dukung jika ada gerakan impeachment”.

Prabowo saja, dik ? “Prabowo dan Gibran karena keduanya produk dari perselingkuhan politik”. Mampukah MPR mengimpeachment ? “Harus dengan desakan dan gerakan rakyat semesta, bersatunya gerakan mahasiswa, buruh, purnawirawan, santri, ulama, akademisi, aktivis dan tentu saja emak-emak”.

Bagaimana dengan Jokowi ? “Jokowi tuh harus ditangkap, diadili dan digantung”.

Ada yang bilang, Jokowi itu orang yang sederhana, merakyat dan suka berbagi, adik sependapat ?
“Tidak, itu semua palsu, Jokowi adalah monster dingin, pengkhianat dan penjahat”. (Izzat)

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan