Oleh: M Rizal Fadillah
BANDUNG-KEMPALAN : Taruhlah Jokowi selamat sampai 20 Oktober 2024 artinya diganti secara normal oleh Prabowo. Akan tetapi ini bukan pertanda Jokowi akan pensiun dengan nyaman. Bakal banyak tuntutan publik yang menghendaki pertanggungjawaban atas kekuasaannya selama 10 tahun. Enak saja turun dengan tidak bertanggung jawab, emang Presiden itu hadiah ? Penilaian umum rakyat saat ini Jokowi memang Presiden buruk alias butut.
Tragis dihitungan hari menuju 20 Oktober 2024 Jokowi semakin terasing dari singgasana kehormatannya. Pertunjukan dalam pelantikan anggota DPR, MPR dan DPD menjadi bukti bahwa Jokowi sudah tidak bergigi. Sekedar nama pun tidak disebut, mungkin Pimpinan Sidang bingung ini Joko Widodo atau Mulyono, Jokowi asli atau palsu. Tepuk tangan tidak terdengar. Sepi untuk orang yang dulu dipuja puji dan dijilat-jilat kroni.
Jokowi akan tamat, anaknya Gibran menjadi bulan-bulanan, Kaesang tidak bisa mengharep, Iriana belum tentu selamat pulang ke Surakarta. Rakyat dipastikan menggugat. Berkas keluarga Jokowi sudah berada di KPK, Bareskrim Mabes Polri dan di Pengadilan Negeri. Peradilan pidana dan perdata menunggu waktu. Permintaan maaf berulang tidak didengar bahkan tidak dipercaya. Kadung terkenal sebagai tukang bohong.
Petruk dadi ratu siap siap kembali dadi Petruk. Si hidung panjang ini lupa diri setelah duduk mengambil kebijakan semau-maunya, memperalat hukum, memakan ini dan itu dari nikel, batubara, sawit, hingga pasir. Tamak dan tidak tahu malu. Anak dan kerabat diorbit dan dikarbit tanpa mengukur kemampuan. Yang penting kekuasaan berlanjut dan kekayaan semakin bertumpuk.
Wajah masa bodoh itu kini pucat dan memelas, bebek lumpuh (lame duck) sudah menjadi bebek sekarat (dying duck) sebentar lagi bebek itu akan disembelih dan dihidang menjadi bebek panggang (roast duck). Penyesalan selalu dibelakang. Setelah menikmati habis kekuasaan tanpa peduli aspirasi. Penguasa bodoh yang tidak pernah belajar dari sejarah. Selalu nengulangi dan mengulangi.
Awalnya senyum sumringah melihat ananda Gibran mengubah nasib dari tukang martabak menjadi Walikota dan Wakil Presiden. Ternyata nasib pun berbalik, Gibran telah dibunuh oleh senjata Fufufafa milik Raka. Booming keruntuhan moral dari calon pemimpin bangsa. Seperti sang adik Kaesang yang didera deru jet hingga hilang, kini Gibran pun takut untuk tampil dengan percaya diri, sembunyi di tempat sepi.
Jokowi dan anak istri akan menjadi contoh pertama dari keluarga Presiden yang terancam bui. Sulit untuk melihat jasa-jasa yang dapat menolong dan memaafkan. Berbeda dengan Soekarno Bapak Revolusi dan Soeharto pembasmi PKI, Jokowi adalah penumpuk hutang luar negeri, pelanggar hak asasi dan potensial menjadi Bapak Korupsi.
Jika demonstran teriak “turun turun Jokowi, atau bui bui Jokowi atau gantung gantung Jokowi” maka teriakan itu sangat wajar karena memang dosa-dosa politik Jokowi sangat banyak. Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi, Pasukan Bawah Tanah Jokowi maupun obrak-abrik Silaturahmi dan Diskusi tidaklah berarti untuk hidupkan kembali Jokowi.
Hakim akan mengadili, Jaksa siap menuntut mati, Penyidik menghimpun bukti-bukti.
Berjilid-jilid buku telah tertulis untuk merekam kezaliman, kebodohan, ketamakan dan kepalsuan dari Jokowi Sang Penipu. (Izzat)
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Tinggalkan Balasan