SURABAYA– Khofifah Indar Parawansa mengajak merawat alam dan menyejahterakan masyarakat lewat shodaqoh oksigen. Gerakan shodaqoh oksigen ini salah satunya bisa dilakukan dengan menanam mangrove sebanyak mungkin.

Pesan itu disampaikan Khofifah saat menghadiri kegiatan Pemulihan Ekosistem oleh Masyarakat Kehutanan Jatim di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (26/07).

Khofifah mengatakan, shodaqoh oksigen penting karena tidak hanya mampu mencegah dampak perubahan iklim, tapi juga mampu menyejahterakan masyarakat lewat berbagai produk hilirisasi yang dikembangkan dari tanaman tersebut.

“Shodaqoh oksigen ini bisa dibilang bahasa yang sangat Khofifah. Kenapa disebut shodaqoh, karena bila kita menanam tanaman, maka selama tanaman itu terus memproduksi oksigen dan menyerap karbondioksida, itu akan menjadi amal jariyah kita,” kata Khofifah

“Shodaqoh oksigen ini juga lidaf’il bala. Terutama menolak bala dari perubahan iklim dunia dannpemanasan global. Apalagi perubahan iklim dunia ini menjadikan sangat banyak area di belahan bumi manapun itu memang mengalami perubahan yang sangat luar biasa. Pemanasan global sudah menjadi pe er kemanusiaan di berbagai negara,” imbuhnya.

Menurutnya, shodaqoh oksigen melalui gerakan menanam mangrove sudah ia lakukan sejak lama hampir di seluruh pesisir di Jatim. Selama lima tahun menjabat sebagai Gubernur Jatim periode 2019-2024, Khofifah terus menggalakkan gerakan tanam mangrove di berbagai pesisir di Jatim bersama berbagai elemen. Tidak hanya tanam mangrove, tetapi juga memeliharanya, pelepasliaran burung dan tebar benih ikan.

“Pelepasliaran burung ini tentunya sesuai dengan aturan BKSDA terkait jenis burung apa yang sesuai dengan hutan tertentu. Sesungguhnya ketika kita menanam mangrove, tidak hanya sekedar menanam, tapi juga ada pelepasliaran burung sampai dengan tebar benih ikan,” katanya.

“Tanggal 26 Juli kemarin adalah hari mangrove dunia. Ini menjadi penting karena mangrove bisa menyerap karbon dioksida sampai lima kali lebih besar. Artinya mangrove juga bisa membantu bagaimana produksi oksigen lima kali lebih banyak,” imbuhnya.

Lebih lanjut Khofifah mengatakan, selain kegiatan penanaman mangrove, ia juga menginisiasi kegiatan Festival Mangrove. Dimana, kegiatannya tidak hanya penanaman mangrove tapi berbagai aktivitas menyeluruh dari hulu ke hilir.

“Bagaimana upaya menyejahterakan masyarakat lewat hilirisasi berbagai produk mangrove. Ada batik, tepung, sirup, dan berbagai produk makanan dan minuman lainnya. Bahkan beberapa waktu lalu saat pertemuan KTT G20 di Bali, salah satu souvenirnya adalah batik dari pewarna mangrove,” katanya.

Ia berharap, hilirisasi produk mangrove ini bisa lebih disebarluaskan lagi. Sehingga masyarakat mengetahui bila mangrove dibudidayakan secara lebih masif, maka nilai tambahnya akan lebih tinggi lagi.

“Membangun komitmen ini dibutuhkan di semua lini supaya kita bisa menjaga kelestarian dari mangrove kita dan seluruh habitat yang ada di lingkungan hutan mangrove terus terjaga,” katanya.

“Kita bersyukur masyarakat Jawa Timur memiliki tingkat partisipasi yang luar biasa untuk melakukan gerakan shodaqoh oksigen ini. Oleh karena itu, apa yang menjadi kekuatan untuk bisa bersama-sama menanam dan memelihara hutan mangrove termasuk habitat di dalamnya, adalah upaya kita untuk menjaga ekosistem mangrove,” pungkasnya.