KEMPALAN: Bercermin dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan alm Lafran Pane 7 Februari 1947 juga jadi dua versi. Yakni : PB HMI dan HMI MPO

Nah, PWI yang berdiri 9 Februari tahun 1946 selisih setahun dari HMI, kini bakal bernasib sama, ada dua kepengurusan. Ini bila KLB yang diinisiasi Dewan Kehormatan (DK) PWI terwujud.

Sedangkan PWI Pusat pimpinan Hendry Chairudin Bangun, bergeming meski ia dihentikan penuh dari keanggotaan PWI oleh DK dengan SK No 50. Hendry justru “melawan”. Akan menempuh jalur hukum melaporkan DK ke APH (Aparat Penegak Hukum) karena dianggap mencemarkan nama baik.

Rapat pleno PWI Pusat bersama Dewan Penasihat, DK hari Rabu kemarin menunjuk Zulmansya S sebagai Plt Ketum dan untuk menyelenggarakan KLB.

Melihat sikon, mendengar komentar internal dan eksternal serta menyimaknya, bisa jadi gonjang-ganjing di organisasi profesi wartawan tertua di tanah air ini, akan berlanjut dan karut marut. Buntutnya bisa terjadi kubu kubuan hingga di kepengurusan PWI tingkat provinsi.

Senyampang dengan itu, mumpung belum terjadi friksi seperti tersebut diatas. Kiranya perlu ada MPO (Majelis Penyelamat Organisasi), meski MPO ini tidak tertuang di PD PRT. Namun MPO ini menjadi pengejawantahan KEJ dan KPW (Kode Prilaku Wartawan) sesuai UU Pers No 40/99.

Dengan adanya MPO yang dipandegani para wartawan senior, insyaAllah benang kusut yang menjerat PWI Pusat yang berkantor di kawasan Kebun Sirih itu bisa diurai dan kembali on the track.

Siapakah sosok yang layak menjadi MPO, antara lain : Dahlan Iskan, Ilham Bintang, Marah Sakti Siregar, Karni Ilyas, Bambang Harimurti, Desi Anwar, Wina Armada, Dhimam Abror, Najwa Shihab, Rossi Silalahi.

Ferry Is Mirza, Dewan Kehormatan PWI Jatim