SURABAYA-Terlihat sebuah spanduk pada halaman sebuah sekolah. Bukan sekolah yang biasa, tetapi sekolah bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa (SLB) di sebuah desa di Kabupaten Mojokerto. Tertulis kata-kata yang menyentuh hati pada spanduk tersebut: “Tidak Ada Kata Menyerah Melawan Sebuah Keterbatasan, Raih Mimpi hingga Menjadi Kenyataan”.
Anak berkebutuhan khusus memang mempunyai keterbatasan. Tetapi, hal ini tidak menjadi halangan bagi SLB Kirana Hati Bunda untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. SLB Kirana Hati Bunda merupakan sekolah luar biasa pertama yang berada di kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Salah satu misinya adalah meningkatkan mutu pembelajaran yang berorientasi peda kemandiriani peserta didik
Sebagai salah satu perwujudan misi tersebut, Sekolah Luar Biasa (SLB) Kirana Hati Bunda mengembangkan inovasi pembelajaran ketrampilan khusus kepada siswa tuna rungu. Menurut ujar Miftahul Mufarriihah, Kepala Sekolah SLB Kirana Hati Bunda, inovasi pembelajaran ini dirancang sejak bulan Februari 2024 dan berjalan dengan baik hingga sekarang.
“Anak Berkebutuhan Khusus tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengarannya. Mengalami kesulitan dalam memahami informasi verbal. Dapat menghambat proses pemahaman bahasa melalui pendengarannya. Selain itu, dengan kemampuan pemrosesan informasi bahasa melalui pendengaran juga terpengaruh.”, kata Miftahul Mufarriihah.
Di sisi lain, terungkap adanya kegalauan, rasa-was-was, kekawatiran masyarakat, khususnya orang tua siswa SLB. Apakah putra-putrinya bisa mandiri dan menjalani kehidupan dengan baik dan layak.
Untuk menjawab tantangan ini SLB Kirana Hati Bunda berusaha terus mengoptimalkan kemampuan kemandirian siswa. Salah satunya melalui inovasi pembelajaran keterampilan. Pembelajaran secara terpadu yang diberi nama “PROHVOSTU” (perkembangan program vokasional pertanian sistem hidroponik selada organik untuk peserta didik tuna rungu).
“Melalui Provostu ini siswa diajari dan dilatih budidaya tanaman menggunakan teknik hidroponik. Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan menggunakan air sebagai media tanamnya. Media tanam hidroponik sangat membantu bagi yang tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam sehingga lahan yang sempit sekalipun dapat dimanfaatkan untuk menanam sayuran seperti selada organik, bayam, tomat, sawi, cabai dan lain-lain.”, tambah Miftahul Mufarriihah.
Hidroponik dapat dikatakan mudah dalam perawatan dan memiliki nilai jual yang tinggi, Dengan keterampilan yang diperoleh dari perkebunan hidroponik, siswa tunarungu dapat mengembangkan kemandirian ekonomi mereka. Mereka dapat memproduksi dan menjual hasil pertanian mereka sendiri, yang dapat menjadi sumber pendapatan yang stabil dan berkelanjutan.
Dampak dari program “PROHVOSTU” sudah dirasakan manfaatnya.oleh warga sekolah. Melalui program ini tumbuh sikap dan karakter pelajar pancasila, semangat melakukan kerja bersama, gotong royong. Warga sekolah dan orangtua semangat mengelola lahan yang sempit dan menjadikan lingkungan sekolah yang asri dan siswa kini memiliki ketrampilan budidaya tanaman hidroponik dan diharapkan kelak mereka dapat untuk membuka peluang usaha serta mandiri.
Inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh SLB Kirana Hati Bunda ini didampingi oleh Universitas Surabaya (Ubaya) dalam bentuk Program Pengabdian Kepada Masyarakat. Pada tahun lalu Ubaya juga mendukung inovasi pada SLB ini dalam pengembangan Aplikasi Pembelajaran aplikasi Hand Gesture Recognition. Aplikasi yang digunakan oleh siswa berkebutuhan khusus untuk pengendalian peralatan menggunakan gesture tangan. Tujuannya untuk mempermudah pengguna saat berinteraksi dengan alat pembelajaran
Sementara itu, Kepala Desa Tamiajeng Kecanatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Warnoto bersyukur dan berterima kasih atas inovasi yang dilakukan oleh SLB Kirana Hati Bunda dan pendampingan yang dilakukan oleh Universitas Surabaya (Ubaya)
“Atas nama pemerintah Desa Tamiajeng kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dengan adanya inovasi pembelajaran ketrampilan siswa yang dilakukan SLB dan pendampingan dari Ubaya sangat dirasakan bermanfaatnya. Mereka dapat memproduksi dan menjual hasil pertanian mereka sendiri, yang dapat menjadi sumber pendapatan. Kami menunggu inovasi berikutnya dari SLB dan pendampingan berkelanjutan dari Ubaya,” pungkas Warnoto penuh harap. (*)
Tinggalkan Balasan