Anis yang Selalu Fenomenal

banner 120x600
banner 468x60

KEMPALAN: Nama lengkapnya Moh Anis, salah satu sosok fenomenal di Bengkel Muda Surabaya/BMS (organisasi kesenian dan kepemudaan yang dibentuk oleh Dewan Kesenian Surabaya). Kalau mengerjakan sesuatu selalu serius dan istiqomah.

Dalam dunia jurnalistik dia meraih tiga kali Anugerah Prapanca, sebuah penghargaan tertinggi yang banyak didambakan wartawan di Jawa Timur.

banner 325x300

Dua kali menjadi Ketua Festival Seni Surabaya, tahun 2002 dan 2003. ‘Event’ ini sukses luar biasa. Presiden Megawati bahkan sampai hadir pada perhelatan tersebut. Kalau tidak salah yang menjadi penasihat di FSS ini (salah satunya) adalah Arif Afandi.

Dan prestasi terakhir yang diraihnya, sudah 13 kali menyelenggarakan Pasar Seni Lukis Indonesia, sebuah acara rutin setahun sekali yang diikuti dua ratusan pelukis se-Tanah Air. Kecuali saat pandemi Covid-19.

Di luar itu semua ada satu hal yang membikin saya tersenyum jika mengingatnya.

Pada pertengahan kurun 1970-an, kehidupan sastra begitu marak di Surabaya, antara lain ditandai dengan munculnya buku-buku antologi puisi bersama. Mengapa? Mungkin lantaran biayanya ditanggung secara kolektif dan masing-masing peserta bisa urunan puisi. Kalau bikin kumpulan puisi secara solo, boleh jadi berat di ongkos dan terbentur masalah produktivitas.

Suatu hari saya ketemu Anis dengan sepeda ontelnya di Jalan Tegalsari depan Gedung Serba Guna Unair (sekarang bekas lahannya dipakai apa saya kurang tahu).

Rupanya dia dari kantor perwakilan Harian Sinar Harapan dekat kantor Kodim Surabaya Selatan.

Jelasnya, Anis barusan memperkenalkan buku antologi solonya dimana salah satu puisinya kalau tidak salah berjudul ‘Segerombol Burung-burung’ yang jenaka tapi filosofis. Puisi ini pernah dibacakannya di kampus AWS (Akademi Wartawan Surabaya) dalam acara Malam Chairil Anwar dan mendapat aplaus panjang.

Saya bayangkan hari itu betapa capeknya Anis dengan sepeda ontelnya keliling kantor-kantor media di Surabaya untuk memperkenalkan puisi-puisinya yang termuat dalam buku kumpulan puisi tersebut.

Cekas aos, saya menerima kumpulan puisi solo itu yang akan saya promosikan di harian Pos Kota tempat saya bekerja sebagai koresponden di Surabaya

Selang kemudian berita antologi tunggal Anis dimuat pada ‘opening’ halaman dalam Harian Pos Kota disandingkan dengan berita saya yang lain yakni tentang kunjungan mahasiswa Fakultas Publisistik Universitas Hasanudin ke kampus AWS yang dipimpin ketua Senat Mahasiswa Marwah Daud (kelak jadi tokoh perempuan Golkar).

Pada suatu hari koran yang muat berita puisi-puisi Anis itu saya masukkan tas, lantas saya datangi markas BMS di kompleks Balai Pemuda, siapa tahu ketemu Anis. Tapi saat ketemu, saya bilang : “Nis, sori, korane lali ga tak gowo (Nis, maaf, koran yang muat berita kumpulan puisi Anda tidak saya bawa. Lupa)”. Anis jawab dengan kalem, “Gak masalah, santai aja …”

Berikutnya ketemu Anis lagi saya katakan seperti di atas. Dan Anis menjawab sebagaimana biasanya, kalem. Padahal koran yang muat berita buku kumpulan puisi Anis itu masih ada di tas saya.

Ada apa? Intinya saya sungkan. Atau mungkin kikuk. Ternyata terjadi salah teks caption foto. Foto Anis tertulis teks Marwah Daud. Begitu sebaliknya. Kesalahan pada ‘layout man’ di Jakarta. (‘Sepurane’ ya, Pak Anis…).

Pada jauh kemudian hari, persisnya pada saat pembukaan pameran lukisan ‘Makhfoed dan Ruang Imajinasi’ di Galeri Prabangkara, Taman Budaya Jawa Timur, Kamis malam 16 November enam tahun lalu, atas penjelasan Anis saya baru tahu kalau judul buku kumpulan solo puisi-puisi Anis di atas : ‘Sekarang Ada Senggang Panjang Bersatu dalam Petualanganku’.

Buku kumpulan puisi ini diterbitkan pada tahun 1977 oleh FBSS (Fakultas Bahasa Sastra dan Seni) IKIP Negeri Surabaya (sekarang Unesa). Saat itu Anis adalah mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia pada fakultas tersebut.

Setelah penerbitan buku puisi itu Anis benar-benar berpetualang. Persisnya pada tahun 1977 hingga 1983, bekerja di Saudi Arabia.

Meski sudah tidak berhubungan lagi ‘face to face’ dengan Anis, namun saya – dan mungkin teman-temannya yang lain – mengikuti perkembangan Anis karena tulisan-tulisannya selama “bertualang” di Saudi berupa feature, sering dimuat di koran Surabaya Post. Pada waktu itu Surabaya Post masih menjadi koran yang terbanyak tirasnya di Jawa Timur.

Pulang dari Saudi Arabia pada tahun 1983, Anis ketemu Agil H. Ali Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Memo dan ditawari kerja di koran tersebut.

“Kamu saya gaji 40 ribu rupiah,” ujar Agil. “Siap, Mas !” sahut Anis mantap.

Padahal saat bekerja di Saudi dia bergaji (kalau dikurs ke rupiah) Rp 1.200.000. Waktu itu kurs dollar masih sekitar seribu rupiah.

Sejak saat itu Anis resmi menjadi wartawan Memo. Kemudian pindah ke Surabaya Post.

Selama menjadi wartawan – sebagaimana saya singgung pada awal tulisan ini – Anis telah menorehkan banyak prestasi dengan meraih tiga kali Anugerah Prapanca, disusul dengan beberapa penghargaan di bidang jurnalistik lainnya.

Beberapa tulisan Anis berupa laporan perjalanan sering saya ikuti, termasuk perjalanan naik haji melalui jalan darat pada 15 Februari 1990 hingga 17 Juli 1990 yang dimuat Surabaya Post.

Setelah Anis meliput bencana Gunung Kelud meletus pada 12 Februari 1990, lima hari kemudian Anis melakukan perjalanan hajinya. Dimulai dari Kalimantan Timur, terus ke Tawao-Sabah, Kinibalu, lantas menyeberang laut ke Johor, dilanjutkan ke Thailand, Myanmar, Banglades, India, Nepal, Pakistan, balik ke India. Kemudian ke Pakistan lagi, menyeberangi perbatasan Iran, dilanjut ke Irak, Turki, Suriah, dan Libanon-Yordania. Baru kemudian mencapai Saudi Arabia.

Saya membayangkan betapa serunya Anis melakukan perjalanan darat itu, dan banyak pengalaman yang bisa dipetik. Tentu hanya yang bermental baja yang sanggup melakukan “petualangan” tersebut.

Kisah perjalanan haji via darat itu selang beberapa tahun kemudian diikuti oleh Bahari wartawan Jawa Pos, kemudian diangkat ke layar perak yang kalau tidak salah diperankan oleh aktor Abimana Aryasatya.

Sebelum Bahari melakukan perjalanan haji via darat tersebut, Anis dua kali diundang oleh Leak Kustiya Pemimpin Redaksi Jawa Pos untuk dimintai saran-saran mengingat sebelumnya Anis pernah melakukan hal yang sama.

Rupanya petualangan Anis tidak berhenti di situ. Tahun itu juga terjadi Perang Teluk I. Oleh redaksi Surabaya Post Anis ditugasi untuk melakukan liputan. Pada November 1990 Anis terbang ke Pakistan, lantas menyeberang ke Iran, terus Turki. Namun lantaran tidak bisa masuk ke Irak dan Anis masih punya sisa uang, digunakannya untuk masuk ke Hadramaut selama 20 hari.

Pulang dari meliput Perang Teluk I, Anis membuahkan sebuah buku perjalanan selama 20 hari tinggal di Hadramaut.

Kalau tidak salah, orang-orang Arab yang bermukim di kawasan Sasak, Surabaya — konon kakek-moyangnya banyak yang berasal dari Hadramaut.

Selama seputar 40 tahun berkecimpung di bidang kewartawanan, Anis telah bergabung dengan 14 media, Selain Memo dan Surabaya Post, di antaranya adalah tabloid Detik sebagai Wapemred, tabloid Adil sebagai Redaktur Pelaksana, juga Redaktur Pelaksana pada media on line Presiden Sby, Pemimpjn Redaksi media on line Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan sekarang menjadi Pemimpin Redaksi media on line ngopibareng.

Saya membayangkan tentu akan asyik jika suatu hari membaca autobiografi Anis, atau setidaknya monografi Anis di bidang jurnalistik.

Oia, hampir lupa. Tanggal 8-17 November mendatang, Anis yang tahun ini berusia 70 tahun, beserta teman-teman yang tergabung dalam Sanggar Merah Putih, kembali akan menggelar Pasar Seni Lukis Indonesia di Jatim Expo Jalan A. Yani 99, Surabaya. Kali ini ‘event’ tersebut menginjak yang ke-14.

Ekspetasi, akan hadir 200-an pelukis se-Indonesia. Tentu, seperti biasanya, saya akan berwisata estetika, melihat yang indah-indah dari ribuan lukisan. Dan tentu saja, tinggal pilih mana pelukis dengan karya unik dan menarik, yang akan saya wawancarai. Tidak perlu keliling Indonesia untuk menulis sosok dan karya mereka.

Maka, begitulah Anis. Selalu fenomenal !

Amang Mawardi, jurnalis senior dan penulis, tinggal di Surabaya.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *